Partisipasi Publik Penting di Perppu Ciptaker, Pengamat: Pemerintah Harus Mendengar

Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto (kiri). (Foto: net)
Sabtu, 21 Januari 2023, 08:09 WIB
Political News

LampuHijau.co.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berharap partisipasi publik yang bermakna dalam pembahasan Rancangan Undang Undang (RUU) Cipta Kerja (Ciptaker).

“Dalam rangka proses pembahasan RUU tentang Penetapan Perppu Cipta Kerja tersebut dengan DPR, penting bagi pemerintah untuk mendapat masukan dari Bapak/Ibu narasumber serta para peserta konsultasi publik. Hal ini juga dimaksudkan untuk menerapkan prinsip meaningful participation, yaitu hak untuk didengar pendapatnya, hak untuk dipertimbangkan, dan hak untuk mendapatkan penjelasan atau jawaban atas pendapat yang diberikan,” kata Menko Airlangga, beberapa waktu lalu.

Ketua Umum Partai Golkar ini pun kembali mengingatkan, tujuan pemerintah menyusun RUU Cipta kerja sebagai tindak lanjut atas putusan Mahkamah konstitusi. “Tindak lanjut Putusan MK atas Undang-Undang Cipta Kerja tidak hanya untuk dapat menjawab kebutuhan penciptaan lapangan kerja yang luas melalui investasi, tetapi juga merupakan bagian dari reformasi birokrasi dengan penyederhanaan perizinan dengan pemanfaatan teknologi digital,” jelas Menko Airlangga.

Pengamat Ketenagakerjaan Tadjudin Nur Effendi, yang mengaku hadir dalam sejumlah pertemuan lintas sektor dalam pembahasan RUU Ciptaker, berharap pemerintah mendengar masukan dari publik, yang mereka ajak berdiskusi. “Pakar hukum, pakar ketenagakerjaan, ada juga dari organisasi Keagamaan, LSM, di situ sangat tajam kritiknya, dan ada beberapa catatan yang sangat penting, terutama soal perizinan, lingkungan hidup dan ketenagakerjaan,” kata Tadjudin, Jumat (20/1/2023).

Berita Terkait : Demi Ekonomi, Perppu Ciptaker Didorong Jadi UU, Pengamat: Bola Panasnya Ada di Tangan DPR

“Sudah lama dikritik tidak ada partisipasi masyarakat, tiba-tiba (waktu itu) masuk ke DPR,” ungkap Tadjudin.

Kini, saat partisipasi lebih dibuka, diharapkan elemen masyarakat bisa mempergunakan kesempatan ini untuk memberikan masukan yang komprehensif dan Pemerintah harus mendengarnya. "Saya melihat ada urgensi UU Cipta kerja,” ujar Tadjudin.

Untuk itu, dia memahami inisiatif pemerintah untuk mengeluarkan UU Ciptaker, yang bertujuan untuk menjamin terciptanya kepastian hukum bagi investor yang akan turut mendukung penciptaan lapangan kerja dan peningkatan investasi di Indonesia.

“Penyebab investor tidak mau masuk ke indonesia, karena perizinannya berbelit-belit, peraturan yang tumpang tindih, dan kualitas Sumber Daya Manusia,“ tandas Tadjudin.

Berita Terkait : Perppu Cipta Kerja Dibutuhkan untuk Kepentingan Ekonomi Jangka Panjang

Sementara Ekonom dari Universitas Mercu Buana, Sugiyono Madelan Ibrahim menilai, Perppu itu akan menjadi angin segar bagi investor. "Ya, tentu saja menjadi angin segar bagi investor yang mau dan akan berinvestasi di Indonesia," tuturnya, Jumat (20/1/2023).

Menurutnya, pemerintah memang serius dalam upaya pembangunan ekonomi nasional melalui Perppu Ciptaker. Bahwa persoalan Perppu Ciptaker tidak hanya dalam kerangka investasi melainkan lebih pada adanya pihak-pihak yang tidak puas.

"Masalahnya bukan di situ saja. Banyak pihak yang berkepentingan dengan perubahan dalam Perppu itu," tegasnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, ada perbedaan mencolok terkait sudut pandang dalam melihat Perppu Ciptaker yakni paradigma ekonomi dan paradigma konstitusi. "Kalau di ekonomi itu total welfare. Kalau positif meningkat, mencapai hal yang lebih baik, kehidupan yang lebih baik itu disetujui, dianggap kebijakan publiknya benar," jelas Sugiyono.

Berita Terkait : Perppu Ciptaker dan Kartu Prakerja Diharapkan Bisa Saling Dukung

Sedangkan dalam konstitusi, setiap orang yang mempunyai hak konstitusi boleh mengajukan keberatan atas suatu kebijakan yang dinilai merugikan individu tersebut. "Di situ persoalannya. Yang paling menantang di ketenagakerjaan, yang lain juga ada, tapi tidak langsung," tambahnya.

Sugiyono menilai, hal itu lazim terjadi karena sebuah aturan tidak bisa menguntungkan semua pihak. "Biasa kan, kalau UU pasti ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan," ucapnya.

Sugiyono pun menegaskan tantangan terbesar Pemerintah saat ini adalah untuk meyakinkan pihak terkait atas dampak yang muncul dari Perppu Ciptaker. "Jadi, memang tantangannya cukup besar dari Pemerintah bahwa harus bisa membuat orang yang merasa dirugikan tidak dirugikan atau mendapat kompensasi. Itu dibicarakan, supaya mereka bisa terima arah perubahan," pungkasnya. (Asp)

Index Berita
Tgl :
Silahkan pilih tanggal untuk melihat daftar berita per-tanggal