LampuHijau.co.id - Ekonom dari Universitas Indonesia (UI) Teguh Dartanto mengapresiasi kinerja pemerintah dalam menjaga perekonomian nasional. Namun ia mengatakan, tantangan di tahun depan berbeda sehingga Pemerintah harus melakukan sejumlah antisipasi dan mitigasi.
“Kita perlu mengapresiasi kinerja pemerintah dalam menjaga berbagai indikator makroekonomi pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar yang relatif aman dan terkendali di tengah gejolak perekonomian global dan kenaikan harga BBM,” tutur Teguh, Rabu (14/12/2022).
Akan tetapi di tahun depan, tantangan bukan saja datang dari ancaman global, dimana target defisit APBN maksimal 3% dari APBN. "Di Tahun depan pemerintah akan menghadapi tantangan yang sangat berbeda karena defisit APBN maksimal 3% dari PDB, serta ancaman resesi global. Sehingga pemerintah harus melakukan antisipasi dan mitigasi melalui penguatan perekonomian domestik,” terangnya.
Pasalnya, saat ini perekonomian domestik menjadi tulang punggung terbesar dari perekonomian indonesia. Tercatat, konsumsi rumah tangga menyumbang 54,42% Produk Domestik Bruto (PDB). Untuk itu, tugas besar pemerintah untuk menjaga belanja masyarakat tetap tumbuh.
“Di antaranya dengan bantuan UMKM, Bansos, perlindungan tenaga kerja dari PHK, dan peningkatan Dana Desa perlu dilakukan untuk menggerakkan perekonomian domestik,” jelas Teguh.
Hal senada juga diutarakan oleh Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad. Ia menilai, kinerja dari tim ekonomi Pemerintah sudah dalam level yang baik, meski ada beberapa yang patut diperbaiki.
Baca juga : Hadapi Tekanan Ekonomi Global, Ekonom: Pemerintah Harus Jaga Perekonomian Domestik
"Saya kira memang pencapaian dari target-target relatif lebih baik namun belum optimal," kata Tauhid, Rabu (14/12/2022).
Menurutnya, kinerja tim dalam merealisasi masih belum mencapai target yang sudah ditetapkan di awal. Tauhid mencontohkan tidak tercapainya target pertumbuhan ekonomi, pengendalian inflasi, dan nilai tukar rupiah. Tauhid juga menyinggung soal pengurangan kemiskinan dan pengangguran yang masih meleset dari target yang ditetapkan pemerintah.
"Target pemerintah kan diperkirakan pertumbuhan ekonomi 5,3 persen, kami melihat akan di bawah itu, 5,1 persen," sebutnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memaparkan sejumlah capaian pemerintah dalam menjaga perekonomian nasional. Pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal ketiga berhasil menembus angka 5,72% (yoy). Pertumbuhan impresif tersebut juga diikuti dengan penurunan inflasi hingga ke titik 5,42% (yoy) pada November 2022.
Sementara cadangan devisa yang positif, neraca perdagangan yang telah mengalami surplus selama 30 bulan berturut-turut, dan neraca pembayaran yang positif juga menguatkan sinyalemen ekonomi Indonesia dalam posisi yang sangat baik. Atas dasar itulah, Menko Airlangga yang juga Ketua Umum Partai Golkar ini optimis bahwa tahun depan, perekonomian Indonesia bisa tetap kokoh bahkan diharapkan bisa ‘lepas landas’.
"Tentu tahun depan adalah pertaruhan Indonesia, karena kalau kita bisa menangani tantangan yang ada di tahun depan, maka kami berharap bahwa Indonesia bisa lepas landas berikutnya. Karena tantangan kita sudah dua tahun ini kita bisa survive, tinggal tahun depan lagi kita harus bisa bertahan dan pada saat itu tidak banyak juga negara yang bisa take off seperti Indonesia,” kata Menko Airlangga, beberapa waktu lalu. (Asp)