Pemerintah Optimis Pertumbuhan Ekonomi di Atas 5%, Ekonom: Bukan Bualan, Tapi Harus Terukur

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. (Foto: ist)
Rabu, 12 Oktober 2022, 06:45 WIB
Political News

LampuHijau.co.id - Direktur Eksekutif Segara Institute Piter A. Redjalam mengungkapkan, optimisme pemerintah terkait pertumbuhan ekonomi indonesia mampu di atas 5% cukup beralasan. Namun, optimisme itu juga harus dilandaskan pada indikator dan ukuran yang reliabel.

“Jadi, apa yang disampaikan Pak Menko Perekonomian Airlqngga Hartarto bukan sebuah bualan. Pemerintah memang harus selalu optimistis, tetapi terukur,” tegas Piter A. Redjalam di Jakarta, Selasa (11/10/2022).

Menurutnya, kondisi Indonesia masih cukup baik dan diyakini mampu bertahan menghadapi resesi global. Pasalnya, Indonesia berbeda dengan negara-negara yang terlalu bertumpu kepada ekspor.

“Perekonomian Indonesia lebih bertumpu kepada konsumsi domestik yang diperkirakan akan membaik seiring meredanya pandemi. Selain itu, di sisi ekspor juga masih akan terbantu dengan tingginya harga komoditas,” ujarnya.

Baca juga : Target Pertumbuhan Ekonomi 5%, Ekonom: Harus Inklusif dan Dinikmati Semua Kalangan

Piter menambahkan, resesi global pastinya menahan atau bahkan menurunkan harga komoditas, tetapi tidak membuat harga komoditas jatuh. Karena mengandalkan komoditas, harga komoditas akan tetap tinggi dan menguntungkan Indonesia. Sehingga ketika terdampak resesi global pun, Indonesia diperkirakan masih bisa bertahan.

“Kalaupun Indonesia terdampak oleh resesi global, diperkirakan hanya membuat pertumbuhan ekonomi kita melambat tidak bisa mencapai target di atas 5 persen. Itu skenario buruknya. Skenario terbaiknya kita masih bisa tumbuh di atas 5 persen,” pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV mampu tembus 5,2% year on year (YoY). Optimisme ini didukung oleh indikator dini yang terus menguat. Proyeksi itu lebih rendah dibandingkan capaian pertumbuhan ekonomi pada kuartal II yang mencapai 5,44% YoY.

“Pertumbuhan ekonomi dalam tiga kuartal diatas 5% dan kuartal III dan IV akan sekitar 5,2% yang masih bisa dicapai. Konsumsi rumah tangga masih menguat, serta pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dan laju industri pengolahan yang menguat,” ungkap Ketum Golkar itu, beberapa waktu lalu.

Baca juga : Bansos Solusi Pemerintah Hadapi Krisis Ekonomi Global, Ekonom: Strategi Tepat, tapi Harus Ada Relokasi Anggaran

Sedangkan data sektor rill hingga kuartal III tercatat perbaikan mulai dari neraca perdagangan Agustus tercatat surplus US$ 5,76 miliar lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada bulan sebelumnya sebesar US$ 4,22 miliar. Kemudian indeks keyakinan konsumen (IKK) tercatat masih berada diatas 100 atau 117,2 pada September. Serta posisi cadangan devisa US$ 130,8 miliar.

“Indikator ini membuktikan tingkat resiliensi Indonesia relatif tinggi. Memang kami lihat beberapa negara memiliki return yang tinggi, disertai tingkat suku bunga hingga saham,” ungkap Airlangga.

Terkait hal itu, Ekonom INDEF Eko Listianto mengatakan, gambaran ini tercermin dari perilaku konsumsi masyarakat Indonesia, terlebih jelang akhir tahun. “Kalau melihat ini dibilang optimis, sebetulnya menurut saya cukup rasional, obyektif, kenapa? Karena pasti konsumen ini membandingkan dengan situasi beberapa bulan lalu, apalagi saat masih ada pembatasan. Sekarang boleh dibilang memasuki endemi, ada optimisme bahwa bisa bergerak, berusaha lagi,” jelas Wakil Direktur INDEF itu, Selasa (11/10/2022).

Berdasarkan survei konsumen Bank Indonesia pada September 2022, mengindikasikan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi tetap terjaga. Hal tersebut terindikasi dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September 2022 sebesar 117,2, atau tetap berada pada level optimis (indeks >100), meski lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 124,7.

Baca juga : Kasus Pembunuhan Brigadir J, Kapolri: Tiga Kapolda Tidak Terlibat

Konsumsi masyarakat masih tetap tinggi ditengah kenaikan harga akibat penyesuaian harga BBM. Kalangan menengah, kata dia, yang terdampak dengan kenaikan mulai beradaptasi. “Ini sebagian besar, masyarakat menengah yang terdampak kenaikan harga BBM, namun mereka masih punya tabungan, kondisi ini comparing saat corona banyak pembatasan,” terang Eko.

Terlebih, sebentar lagi akhir tahun, perayaan Natal dan Tahun Baru. Kali ini Natal akan lebih meriah, dan masyarakat mulai liburan. Pergerakan masyarakat pun akan tercermin dalam bentuk ekonomi. “Itu akan terepresentasi dari tingkat konsumsi, meski diikuti peningkatan harga,” tandas Eko. (Asp)

Index Berita
Tgl :
Silahkan pilih tanggal untuk melihat daftar berita per-tanggal