LampuHijau.co.id - Setidaknya dua hari berturut-turut terjadi tawuran di Manggarai. Bahkan tawuran yang terjadi pada Rabu (4/9/2019) pukul 16.41 membuat perjalanan kereta di Stasiun Manggarai terganggu. Perjalanan KRL dari arah Bogor, Bekasi, Sudirman, dan Jakarta-Kota ke Stasiun Manggarai tertahan. Penumpang terlantar dan ada beberapa fasilitas rusak. Jika melihat lebih jauh, tawuran antarwarga di sana sudah menjadi kegiatan rutin. Dan sudah terajdi beberapa kali. Bahkan tawuran disebut sudha terjadi sejak tahun 1970-an. Pemicunya tawuran disebabkan banyak faktor antara lain rivalitas antarkampung, saling ejek, dan aktivitas antargeng. Akibatnya budaya tawuran dibangun melalui kebanggan identitas antarkelompok dan membuat kegiatan tawuran diwariskan ke tiap generasi.
Di sisi lain sempat muncul kabar kalau tawuran tersebut dipicu oleh geng narkoba. Aksi tawuran merupakan upaya mengelabui polisi. Jadi tawuran itu berpeluang sebagai pintu masuk pengalihan perhatian polisi. Polisi membantah hal tersebut. Pemicu tawuran di Manggarai menurut polisi karena rebutan lahan pak ogah mangkal. Menurut polisi, terjadi kesenjangan lahan pak ogah antara warga Menteng Tenggulun dengan warga Pasar Rumput.
Baca juga : Pengendalian Harga Pangan Agar Tak Meroket Masih Jadi PR Pemerintah
"Iya itu kan depan Pasar Rumput ada jalan dari Menteng ke arah Jalan Sultan Agung tuh yang sebelum jembatan Jayakarta yang baru itu. Nah itu kan banyak mobil dari sana, terus Jalan Sultan Agung kan macet, pak ogahnya itu dari Menteng Tenggulun sama Menteng Jaya itu omzetnya kan gede, itu bisa jutaan sehari. Sementara mereka kan kayak gitu di Sultan Agung, Sultan Agung kan wilayah Setiabudi. Orang Setiabudi ngga dapet makan, gak mau gantian orang sana. Jadi dugaannya pemicu salah satunya itu yang paling besar. Karena mata pencaharian mereka kan alakadarnya, mau cari buat rokok segala macem, sementara mereka gamau berbagi orang seberang," kata Kapolsek Tebet Kompol Alam Nur, Kamis (5/9/2019).
Menurutnya, tawuran yang terjadi karena diduga adanya kesenjangan sosial antara Pak Ogah. Di mana dirinya mengetahui hal itu sejak menjabat Kanit Reskrim Polsek Setiabudi, Jakarta Selatan selama lima tahun. "Lima tahun di Setiabudi saya tau itu. Setahu saya sih dari dulu ada kesenjangan saja antara seberang sana sama sebrang sini. Menteng Tenggulun, Menteng Jaya, Pasar Rumput, sama Manggarai," katanya.
Baca juga : Demi Warga Jakarta, Pras Bakal Percepat Proses Pemilihan Wagub DKI
"Makanya titik tawuran selalu di situ, sasarannya pasti shelter Busway. Kalau ribut kan di situ terus, pas jembatan, karena di situ lah sumber duitnya. Kalau ada yang bilang narkoba mau masuk ya bohong," sambung Alam.
Oleh karena itu, Alam meyakini aksi tawuran yang kerap terjadi karena hal tersebut. Dia juga membantah adanya isu narkoba di balik tawuran warga yang seolah sudah jadi 'tradisi' tersebut. "Oh Itu mah (isu narkoba) pengalihan isu aja. Sekarang kalau mau begitu ya senyap-senyap aja ngapain ramai-ramai dulu. Kalau ada isu itu terus ramai-ramai orang ada polisi di sini, logikanya gitu," tutur Alam.(LHTJ)