LampuHijau.co.id - Kawasan Kemang, Jakarta Selatan merupakan kawasan bisnis dan hiburan yang cukup banyak diminati. Namun karena banyaknya pembangunan, kawasan tersebut tidak bebas dari genangan ketika hujan turun. Ada 4 unit pompa dengan kapasitas 3.5 m3/s juga disiagakan di kawasan tersebut. Hal ini tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta. Beragam upaya dilakukan agar kawasan tersebut bebas dari genangan.
Terbaru solusi penangan banjir di kawasan tersebut diungkapkan Ketua Sub Kelompok Pengendalian dan Penyediaan Air Bersih Bidang Geologi Konservasi air bersih dan air baku Dinas SDA DKI Jakarta, Maman Supratman. Solusi penanganan Banjir di kawasan Kemang dituangkan dalam disertasinya yang berjudul "Potensi Pengurangan Resiko Banjir Melalui Pengembangan Infrastruktur Tata Kelola Air di Kawasan Kemang dan Pondok Karya, DKI Jakarta".
Maman menjelaskan dalam disertasinya diketahui bahwa ada perubahan tutupan lahan dari tahun 2002 sampai 2023. Dimana terjadi perubahan signifikan di kawasan Kemang. Terjadi perubahan 30 persen dari awalnya vegetasi menjadi pemukiman. Sementara perubahan tersebut tidak dibarengi dengan penambahan kapasitas kali Krukut maupun kali Mamang.
Maman mengatakan dari hasil penelitiannya ada usulan semacam framework untuk mengurangi banjir di Pondok Karya dan Kemang. Solusi yang paling memungkinkan sesuai disertasinya adalah membangun embung yang maksimal secara desain. Misalnya pembangunan embung di pinggir kali. Jadi ketika air di kali sudah penuh baru dilimpahkan ke embung.
Baca juga : Soal Penyesuaian Tarif Air, YLKI: Masyarakat Harus Cerdas Atur Pola Konsumsi
Selain embung, untuk mengatasi banjir di kawasan Kemang juga dibutuhkan tampungan tampungan di area bangunan, seperti restoran, hotel, apartemen dan mal, sehingga ketika hujan turun air bisa ditampung di bawah jalan, dengan demikian airnya juga bisa digunakan seperti rainwater harvesting.
Lebih lanjut Maman juga mengkritisi soal sumur resapan yang kurang maksimal. Dimana seharusnya sumur resapan baru digunakan ketika debit air di kali sudah penuh. Maman mengatakan jika memang masalah banjir di kawasan Kemang mau diselesaikan maka setidaknya harus dibangun delapan embung. Dimana satu embung dapat mengurangi resiko banjir sebesar 12 persen.
Kemudian untuk merealisasikan solusi yang kedua yakni membangun tampungan dibutuhkan kolaborasi dengan pihak swasta. Hal ini bertujuan untuk pemanfaatan alam dalam pengelolaan air hujan. "Dalam bahasa penelitian saya disebut Nature Based Solution, atau disingkat NBS," ucap Maman yang baru program Doktor Teknik Sipil Institut Teknik Bandung (ITB).
Menurut Maman, solusi berbasis alam ini sudah diterapkan di negara-negara maju seperti Eropa, Amerika dan China. Dan hal tersebut terbukti dapat mengatasi masalah banjir. Secara ilmiah tampungan air ini disebut Underground Storage dan satu lagi Underground Retention atau rooftop Storage.
Baca juga : Kejagung Banding Vonis 15 Tahun Penjara Budi Said di Kasus Transaksi Emas
Jadi mekanisme kerjanya, air hujan yang turun dapat ditampung di rooftop storage, kemudian overflow ke underground storage kemudian overflow lagi ke underground retention, dan baru sisa runoff mengalir ke saluran drainase kota, sehingga volume air hujan yang masuk ke kali berkurang.
"Jadi itu dua solusi untuk mengurai potensi banjir di Kemang. Yang pertama pembuatan embung di sepanjang kali Krukut/Mampang, yang kedua pembuatan tampungan di bangunan komersil maupun perumahan yang mengedepankan pendekatan integrasi solusi berbasis alam /Nature-Based Solutions/NBS dan Hard engineering," terang Maman.
Maman mengatakan jika dirinya tergerak untuk membuat solusi lantaran dirinya melihat satu permasalahan banjir makin hari makin kompleks dengan adanya perubahan iklim global dan rendahnya kapasitas tampungan di Kali/saluran Drainase. Dirinya berharap dengan disertasinya yang telah dibuat dan telah diujikan di hadapan para profesor bisa menjadi sumbangsih bagi Pemprov DKI dalam hal tata kelola air Jakarta.
"Saya kan bekerja di Dinas SDA, sudah tentu apa yang menjadi permasalahan saya cari solusinya," ucap pengagas Pompa Yunani di kawasan Gunung Sahari ini.
Terakhir Maman mengatakan, mengenai banjir jangan hanya terfokus pada penanganan dampak. Tapi bagaimana penanganan banjir bisa diatasi secara komprehensif. Air yang ada bagaimana caranya bisa ditahan selama mungkin dan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ketahanan dan keberlangsungan kota, bukan semata-mata ketika ada banjir airnya langsung dialirkan ke laut.
"Dengan kata lain pembangunan sumber resapan tidak hanya fokus pada pembangunannya saja tapi bagaimana untuk memaksimalkan fungsi dari sumber resapan tersebut," tutur Pria Lulusan Universitas Twente di Belanda ini.(wong)