LampuHijau.co.id - Satu per satu borok mantan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) terbongkar di persidangan.
Terbaru, staf Biro Umum dan Pengadaan Kementerian Pertanian (Kementan), Muhammad Yunus mengungkapkan, pihaknya harus merogoh kocek Rp 3 juta per harinya demi memenuhi kebutuhan rumah dinas SYL di Widya Chandr, Jakarta Selatan. Dan salah satunya untuk memesan makanan secara online.
Awalnya, ketua majelis hakim Rianto Adam Pontoh mengonfirmasi kepada Yunus soal permintaan uang puluhan juta kepada istri SYL, Ayunsri Harahap setiap bulannya.
Yunus mengutarakan, permintaan itu ada sejak SYL dilantik sebagai Mentan pada awal 2020 lalu. "Awalnya Rp 15 juta, naik jadi Rp 25 juta. Terakhir Rp 30 juta," jawab Yunus di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat, Senin, 29 April 2024.
Baca juga : KKP Gelontorkan Rp 37,53 M Untuk Peningkatan Perikanan Riau
"Selain itu, ada permintaan lain ke Saudara selain untuk kepentingan Ibu Menteri, jatah bulanan itu, apa lagi yang diminta ke Saudara?" tanya hakim Pontoh.
"Biasa setiap hari itu ada Rp 3 juta kurang lebih, Yang Mulia untuk kebutuhan harian di rumah dinas," jawab Yunus.
"Jadi, menyiapkan Rp 3 juta setiap hari?" hakim penasaran.
"Kadang tiap hari, kadang kalau tergantung habisnya Yang Mulia," jelas Yunus.
"Tergantung permintaan ya, kalau hari ini habis Rp 3 juta dimintai lagi besok, kalau masih ada sisa dipakai dulu ya?" hakim mengonfirmasi lagi.
Baca juga : Kapolres Tangerang Kota Bakal Perangi Gangster dan Begundal Jalanan
"Iya," timpal Yunus.
"Itu diambil dari mana uang uang itu? Atau memang uang operasional untuk kepentingan itu?" lanjut hakim.
"Iya, untuk rumah dinas," balas Yunus.
"Iya, keperluan dinas kan nggak masalah, ada anggarannya kan? Itu anggaran resmi ngga Rp 3 juta per hari itu?" cecar hakim.
"Nggak Yang Mulia," ungkap Yunus.
Baca juga : Pemkot Depok Imbau Perayaan Natal dan Tahun Baru Secara Virtual
"Tidak? Untuk beli apa itu? Apakah makanan tiap hari apa bagaimana?" hakim kaget.
"Makanan online-online gitu, Grabfood gitu, semacam gitu. Kadang juga laundry gitu, Pak," tandas Yunus.
Adapun sumber uang-uang tersebut diketahui berasal dari hasil saweran para pejabat eselon 1 di Kementan. Selain itu, para pegawai di Biro Umum dan Pengadaan mengaku mencari dana dari pinjaman pihak swasta atau vendor yang punya proyek. Namun, proyeknya lewat penunjukan langsung karena nilainya di bawah Rp 200 juta. (Yud)